Bahaya stunting pada pendidikan anak kini kian perlu diwaspadai. Mengingat bahaya stunting mengancam pertumbuhan dan perkembangan anak. Kondisi kekurangan gizi yang menyebabkan anak stunting, mempengaruhi kesempurnaan perkembangan otak anak. Kondisi stunting dan perkembangan otak anak saling berkaitan karena dampak stunting.
Selain menyebabkan pertumbuhan anak terlambat dimana postur tubuh lebih pendek dibandingkan orang yang seusianya saat dewasa. Stunting juga dapat menghambat perkembangan kognitif, motorik, dan verbal yang dapat menyebapkan pertumbuhan tidak berjalan secara optimal. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak di masa depan.
Menurut data studi status gizi balita Indonesia tahun 2019, angka prevalensi stunting di Indonesia mencapai 27,7%. Hal ini menunjukan sekitar 1-3 balita di Indonesia itu mengalami stunting. Periode usia 0-6 tahun merupakan masa penting untuk tumbuh kembang anak. Otak anak berkembang pada periode emas ini sebanyak 90% dimana miliaran sel saraf otak saling menyambung untuk membentuk kecerdasan.
Upaya Penurunan Stunting
Tak tanggung-tanggung presiden Joko Widodo mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 Tentang Percepatan Penurunan Stunting sebagai respon akan ancaman bahaya stunting pada anak di Indonesia. Peraturan tersebut kemudian mengamanahkan kepada seluruh kabupaten/kota.
“Kabupaten/kota itu memiliki 20 tenaga pelatih berjenjang tingkat dasar. Nah kemudian juga, diperoleh melalui pendidikan pelatihan stimulasi untuk penanganan stunting bagi guru PAUD pada tahun 2024. Targetnya 90% bahkan setiap desa, setiap kelurahan itu harus memiliki guru PAUD yang terlatih tentang pengasuhan stimulasi stunting,” kata Gunarti Dwi Lestari selaku tim penyusun bahan ajar percepatan penurunan stunting dari Universitas Negeri Yogyakarta.
Dalam kegiatan bertajuk “Diklat Teknis Percepatan Penurunan Stunting” ia menyebutkan stimulasi yang tepat pada anak usia dini akan berpengaruh positif kepada tumbuh kembang anak, baik secara fisik, kognitif, bahasa, sosial, dan emosional. Optimalnya tumbuh kembang anak sangat membantu pada kesiapan bersekolah anak dan memberikan dampak positif hingga dewasa.

Gunarti juga menjelaskan kondisi stunting tidak dapat disembuhkan tapi dapat dicegah. Karena itu peran orang tua, keluarga, dan para guru PAUD sangat penting dalam pencegahan dan penanganan stunting. Peran guru PAUD disini menjadi pelaku utama terutama untuk praktik-praktik pengasuhan yang masih salah di lingkungan keluarga.
“Nah disinilah kemudian pentingnya keterlibatan para guru. Tentu karena guru itu adalah pendidik di satuan PAUD yang menjadi subjek utama berinteraksi dengan anak dan orang tua ketika kemudian praktik-praktik pengasuhan yang masih salah,” ujarnya.
Meningkatkan kompetensi guru PAUD dalam memahami layanan pencegahan dan penanganan anak yang berpotensi stunting kian perlu dioptimalkan. Sehingga dengan peran aktif para guru terhadap percepatan penurunan stunting di Indonesia dapat berjalan maksimal.
Selanjutnya Gunarti mengatakan percepatan penanganan stunting dalam rangka melaksanakan amanah Perpres Nomor 72 Tahun 2021. Ia mengatakan meskipun berjalan pelan tapi pasti dan dapat diukur perkembangannya.
“Dengan memahami terlebih dahulu dan menguasai keterampilan yang diperlukan, sehingga kedepan bisa mendesain pembelajaran PAUD yang lebih bisa mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Sehingga bisa mencegah dan menangani stunting mungkin ya jika ada yang terdeteksi stunting,” tambahnya.
Baca Juga:
Anne Gracia Bagikan Metode Mengenali Perkembangan Otak Anak
Dirjen GTK Kemendikbud Luncurkan Program Guru Belajar dan Berbagi Seri PAUD
SMSG Gelar Sharing “Kompetensi Guru Harus Meningkat, Gimana Caranya?”