Era zaman yang serba teknologi, generasi milenial sudah selayaknya turut peduli dan peka terhadap segala perubahan yang terjadi. Terlebih pada aspek pengelolaan dan perlindungan lingkungannya. Hal ini bertujuan agar generasi milenial dapat menciptakan gerakan yang dapat memberikan pengaruh positif kedepannya. Sejalan dengan perkembangan teknologi yang bergerak semakin maju dan canggih.
Guna merespon hal tersebut, Semua Murid Semua Guru adakan diskusi bertajuk “Strategi Milenial dalam Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan di Zaman Teknologi”. Diskusi tersebut diadakan melalui live streaming Youtube dengan menghadirkan beberapa narasumber, diantaranya Christian Natalie (Manajer Program Hutan itu Indonesia), Dewi Indriyani (Head of Digital Activation Zero Waste Indonesia), Galih Aji Prasongko (Youth & Education WWF Indonesia), dan Juli Ishaq Putra (Wakil Pemimpin Redaksi Harian Haluan).
Upaya melindungi dan mengelola lingkungan di zaman teknologi ini tentunya memerlukan strategi yang tepat. Dalam diskusi ini tentu mucul sebuah pertanyaan mendasar bagaimana mewujudkan strategi generasi milenial agar dapat memberikan pengaruh terhadap lingkungan di zaman teknologi?
Dalam diskusi tersebut, Christian Natalie mengajak generasi milenial yang datang dari berbagai latar belakang untuk turut peduli terhadap isu hutan. Hal ini ia ungkapkan dalam upaya membangun kesadaran terhadap pentingnya melestarikan lingkungan.
“Apapun fokus kita masing-masing, kita mencoba untuk memasukkan isu hutan di dalamnya menjadi top of mind. Jadi visi kami sederhana, membuat hutan Indonesia menjadi top of mind orang-orang Indonesia,” ungkapnya.
Ia juga menyampaikan gerakan tersebut lebih utama saat ini disasarkan pada orang kota. Karena berdasarkan hasil BPS tahun 2022 menunjukan 60% orang Indonesia tinggal di wilayah kota. Menurutnya tepat sekiranya gerakan tersebut memfokuskan dari mayoritas penduduk dengan berangsung-angsur menyasar ke wilayah desa.
Cristian berharap gerakan tersebut bisa menjadi behavior change untuk generasi milenial, dengan membantu organisasi atau gerakan-gerakan yang fokus terhadap hal tersebut.
“Jadi kita pengen hutan semakin inklusif. Demikian juga kita berkolaborasi semakin menghutankan Indonesia karena hutan itu Indonesia,” pungkasnya.

Hal senada juga disampaikan Galih Aji Prasongko. Galih menyebutkan perlunya mendorong generasi muda sebagai agen of change. Ia menuturkan agar generasi milenial bersama-sama melakukan sesuatu untuk lingkungan. Harapannya pemuda agar kedepan tidak hanya menjadi objek penyelamatan untuk lingkungan tapi juga aktif mengambil peran.
Galih mengatakan, “Kita mendorong kaum muda Indonesia membangun sebuah ekosistem atau gerakan bersama untuk menciptakan kesadaran kepada teman-teman muda dimana mereka adaptif terhadap teknologi dan inovasi.”
Dewi Indriyani yang juga Head of Digital Activation Zero Waste Indonesia mengungkapkan generasi milenial kini memiliki berbagai alat untuk memberikan kontribusi. Ia menyampaikan kehadiran teknologi kini bisa sangat dioptimalkan oleh anak muda guna mengkampanyekan pesan positif.
Kita bisa memberikan kontribusi meskipun dari rumah saja dengan mengurangi sampah hasil konsumsi kita. Kami sampaikan dengan bahasa yang mudah dipahami sama generasi milenial. Oleh karena itu, kami memaksimalkan sekali penggunaan media sosial untuk menyampaikan hal ini. Entah itu melalui Instagram, YouTube, mungkin juga nanti Tiktok,” katanya.
Baca Juga:
Mahasiswa S3 Termuda ITB Bagikan Tips Membuat Perencanaan Masa Depan
Iwan Syahril Sebut Sekolah Perlu Dukungan Pemimpin yang Kompeten
Kripton Inspirasi Tebar Manfaat untuk Anak-anak Dhuafa Komunitas Perjaka