replica watches Pentingnya Memperkenalkan Label Perasaan pada Anak - Bestari

Pentingnya Memperkenalkan Label Perasaan pada Anak

Sebagai manusia, anak-anak juga memiliki emosi dan perasaan layaknya orang dewasa. Sayangnya tak semua anak mampu mengenali dan mengutarakan emosi yang ia rasakan. Padahal, perasaan dan emosi manusia sangat beragam bukan hanya sekadar bahagia, marah dan sedih. Agar anak dapat melabeli emosinya dengan baik, orang tua perlu berperan aktif mengenalkan berbagai jenis perasaan pada anak-anak sejak usia dini.

Mengapa Penting Mengenalkan Label Perasan pada Anak?

Gambar: Pexels/@neo8iam

Cara orang tua mendidik anak berpengaruh pada kemampuan anak untuk mengenali perasaannya. Umumnya, orang tua memperkenalkan emosi pada anak hanya sebatas pada bahagia, sedih, marah, takut dan berani. Cara ini mungkin terdengar praktis dan mudah dipahami oleh anak. Namun cara ini menutup kemungkinan anak untuk mengenal variasi perasaan lainnya seperti “ragu-ragu”, “bosan”, “bingung”, “jengkel”, “malu”, “curiga” dan masih banyak lagi.

Dilansir dari Psychology Today, penting untuk menemukan label yang tepat bagi setiap emosi yang dirasakan anak-anak. Dengan mengenali emosi tersebut, anak-anak akan lebih mudah memahami apa yang mereka rasakan dan apa yang menyebabkan munculnya perasaan tersebut. Dengan demikian, pengendalian emosi dan perilaku anak juga akan lebih baik. Dari segi tumbuh kembang anak, pengenalan emosi juga merupakan pembelajaran penting pada aspek sosial dan emosional anak.

Emosi seringkali hanya bisa dirasakan namun sulit untuk diwujudkan. Untuk mengajarkan si kecil mengenai berbagai jenis perasaan, para orang tua bisa mencoba beberapa cara berikut ini:

1. Belajar mengenal ekspresi wajah

Gunakan ekspresi wajah yang berbeda-beda. Orang tua dapat menunjukkan berbagai ekspresi saat sedang merasakan sesuatu misalnya saat sedang merasa jijik, kagum, jengkel, bosan, terganggu, dan lain-lain.

2. Gunakan bantuan gambar

Saat bermain bersama anak, orang tua bisa menggunakan kartu atau poster bergambar untuk menunjukkan ekspresi yang dirasakan. Anak mungkin belum mengenali nama atau label dari perasaan tersebut namun mereka mengenali bahwa ada beragam jenis perasaan yang bisa dirasakan dan semua perasaan tersebut adalah valid.

3. Minta anak mengutarakan perasaannya

Setiap hari, tanyakan pada anak bagaimana perasaan mereka hari ini. Ketika bicara dengan anak, coba hindari kata-kata yang terlalu umum seperti “bahagia” atau “senang”. Ganti kata-kata tersebut dengan kosakata yang paling tepat menggambarkan emosi anak. Anda bisa menggunakan kata-kata seperti “kesal”, “cemas”, “nikmat”, dan lainnya. Selain melalui komunikasi verbal, orang tua juga dapat meminta anak untuk mengekepresikannya dalam gambar dan tulisan.

4. Mengajarkan anak pemahaman tentang marah

Ajarkan pada anak bahwa marah adalah emosi sekunder. Marah adalah perasaan yang wajar dirasakan oleh manusia. Namun orang tua pun perlu menyadari bahwa marah merupakan emosi sekunder yang diluapkan oleh manusia.

Sebelum merasa marah, seseorang akan merasakan cemburu, sedih, terkejut atau malu. Ketika orang tua melihat anak sedang marah, ajak mereka untuk mencari tahu apa penyebab utama dari perasaan tersebut dan bagaimana mengatasinya.

5. Ajarkan secara berlanjut

Emosi anak berkembang sesuai dengan usianya. Perasaan yang dirasakan anak pun akan lebih beragam. Pada tahap ini, ajarkan anak untuk mengenali perasaan-perasaan baru yang belum pernah dirasakan sebelumnya dan bagaimana cara mengatasi perasaan tersebut.

Baca Juga:

Winda Carmelita
Winda Carmelita
Hi, I’m Winda. I’m a writer living in Malang, Indonesia. I am a fan of writing, music, and arts.

Get in Touch

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Artikel Terkait

Get in Touch

Latest Posts